Penambahan Dermaga Dinilai Bisa Antisipasi Kemacetan di Lintasan Ketapang

Penambahan Dermaga Dinilai Bisa Antisipasi Kemacetan di Lintasan Ketapang


Penambahan Dermaga Dinilai Bisa Antisipasi Kemacetan di Lintasan Ketapang
Suasana bongkar muat di Pelabuhan Ketapang, Jawa Timur.(Dok ASDP Indonesia Ferry)

KEMACETAN yang terjadi di Pelabuhan Penyeberangan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur, dinilai bukan lantaran kekurangan kapal, melainkan karena keterbatasan jumlah dermaga. 

“Dari 56 kapal yang ada, saat ini hanya bisa dioperasikan 28 kapal karena keterbatasan dermaga. Bila penambahan kapal dilakukan, ini hanya menambah deretan kapal menganggur karena tidak memiliki tempat sandaran (dermaga). Artinya, penambahan kapal bukan menambah kapasitas muat atau daya angkut tapi malah menimbulkan antrean panjang operasional kapal karena kekurangan dermaga,” ujar Ketua Bidang Tarif dan Usaha Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai, Danau dan Ferry (Gapasdap) Rahmatika, dalam keterangannya, Senin (28/7).

Alumni S1 Teknik Perkapalan ITS Surabaya dan Magister Transport ITS Surabaya ini menyarankan agar yang ditambah bukan kapal, melainkan dermaga yakni sekitar 2-5 pasang untuk mengantisipasi 28 kapal yang menganggur agar bisa dimanfaatkan maksimal. Pasalnya, untuk ukuran tiga pasang dermaga saja bisa menopang 12 kapal untuk beroperasi.

“Ngapain tambah kapal? Ekonomi kita masih sulit. Dengan penambahan dermaga sudah bisa mengantisipasi 50% tambahan demand kendaraan sekaligus antisipasi dermaga yang rusak saat ini, serta adanya jalan tol Probowangi nantinya,” terang Rahmatika yang juga pengurus Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) tersebut.

Ia juga memandang agar Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur tidak panik dan mengamati kondisi lapangan saat ini. Sebab, kapal-kapal di Landing Craft Tank (LCT) sudah dioperasikan semuanya dan bisa mengantisipasi kemacetan panjang sehingga antrean sampai pada Minggu (27/7) malam mencapai 0 meter.“Silahkan Kepala Dinas lihat di lapangan, jangan hanya berdasarkan laporan di media sosial,” tutupnya.

Sebagai informasi, kemacetan panjang terjadi pada lintasan penyeberangan Ketapang–Gilimanuk akibat dihentikannya 15 kapal jenis LCT oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Adapun LCT itu sudah beroperasi puluhan tahun pada lintasan tersebut.

Penghentian yang berlangsung sekitar lima hari itu menyebabkan antrean kendaraan, terutama truk, mengular hingga 40 kilometer. Kondisi itu memicu protes masyarakat yang kemudian viral di media sosial. Saat ini, sebanyak 15 kapal tersebut telah kembali beroperasi. Sebelumnya, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa memandang Kemenhub perlu menambah kapal yang beroperasi di lintasan Ketapang–Gilimanuk. (H-2)



Sumber

Basa Juga